Nama ; Heni setiawati
Kelas ; 3pa05
Npm ; 14513040
Terapi Humanistik Eksistensial
Terapi Humanistik
Eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari
kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab saling berkaitan.
A. Konsep-konsep utama :
1. Kesadaran diri
Manusia
memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang
unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin
kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan
yang ada pada orang itu.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan
kecemasan
Kesadaran
atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi
atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh
kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk
mati (nonbeing).
3. Penciptaan makna
Manusia
itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan
menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan
UNSUR-UNSUR TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL
1. Munculnya Gangguan
Dalam buku The Meaning of
Anxiety, May menyatakan bahwa banyak perilaku manusia memiliki motivasi
dari landasan rasa takut dan kecemasan. Kegagalan untuk menghadapi kematian,
bertindak sebagai pelarian sementara dari kecemasan dan ketakutan atas nonbeing,
namun pelarian tersebut tidak akan menjadi permanen. Kematian adalah sesuatu
yang pasti ada dalam kehidupan, yang cepat atau lambat harus dihadapi semua
orang.
Manusia mengalami kecemasan
saat mereka sadar bahwa eksistensinya terancam hancur atau rusak. May
mendefinisikan kecemasan sebagai kondisi subjektif ketika seseorang nenyadari
bahwa eksistensinya dapat dihancurkan dan ia dapat menjadi 'bukan apa-apa' (nothing).
Kecemasan dapat muncul dari kesadaran atas nonbeing seseorang atau dari
ancaman atas nilai-nilai yang dianggap penting untuk eksistensi seseorang.
Kecemasan dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Kecemasan Normal
b. Kecemasan Neurotik
2. Tujuan Terapi
May menyarankan bahwa terapi ini
bertujuan untuk membuat manusia menjadi lebih manusiawi, membantu mereka
memperluas kesadaran mereka supaya mereka akan berada dalam posisi yang lebih
baik untuk dapat membuat keputusan. Selain itu, May juga yakin bahwa tujuan
psikoterapi adalah untuk membebaskan manusia dan harus lebih terfokus pada
membantu orang lain mengalami eksistensi mereka.
3. Peran Terapis
Terapis dan klien harus
membangun hubungan satu-lawan-satu (Mitwelt) yang membuat klien mampu
untuk lebih sadar akan dirinya dan hidup sepenuhnya dalam dunia mereka sendiri
(Eigenwelt). Kemudian juga membangun pertemuan 'saya-Anda' (I-thou),
yaitu ketika terapis maupun klien dipandang sebagai subjek dan bukan objek. Di
dalam hubungan I-thou, terapis memiliki empati atas pengalaman klien dan
terbuka atas dunia subjektif dari klien.
TEKNIK-TEKNIK TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL
May tidak banyak memiliki
arahan-arahan spesifik untuk diikuti. Terapis eksistensial tidak mempunyai satu
set teknik atau metode khusus yang dapat diaplikasikan kepada semua klien.
Justru, mereka hanya memiliki diri mereka dan kemanusiaan mereka untuk
ditawarkan.
Didalam praktiknya, May akan
lebih banyak memberikan pertanyaan untuk masuk ke dalam masa kanak-kanak klien
dan untuk memberi saran atas kemungkinan-kemungkinan makna dari perilakunya
saat ini.
Sumber:
Corey, G., (1999). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Corey, G., (1999). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Feist, J. & Feist, G.
J.(2013).Teori Kepribadian.Jakarta: Salemba Humanika
0 komentar:
Posting Komentar