nama : Heni setiawati
Npm : 14513040
kelas : 3pa05
tugas : sofskill
Terapi
keluarga
A. Pengertian Terapi Keluarga
Terapi keluarga merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para anggota keluarga lainnya dalam upaya memecahkan masalah yang dialami. Terapi keluarga dapat dilakukan untuk permasalahan dan ketidaknyamanan yang sumbernya lebih banyak berasal dari keadaan keluarga. Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda
Terapi keluarga merupakan proses bantuan kepada individu dengan melibatkan para anggota keluarga lainnya dalam upaya memecahkan masalah yang dialami. Terapi keluarga dapat dilakukan untuk permasalahan dan ketidaknyamanan yang sumbernya lebih banyak berasal dari keadaan keluarga. Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda
B. Cara Melakukan Terapi Keluarga
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 perjanjian, fase 2 kerja, fase 3 terminasi.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 perjanjian, fase 2 kerja, fase 3 terminasi.
1. Fase Perjanjian
Perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama.
2. Fase Kerja
Keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada.
3. Fase Terminasi
Di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
Perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama.
2. Fase Kerja
Keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada.
3. Fase Terminasi
Di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
C. Manfaat Terapi Keluarga
Manfaat untuk pasien yaitu mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga. Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya.
Manfaat untuk keluarga yaitu memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing – masing anggota keluarga lebih baik.
Manfaat untuk pasien yaitu mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga. Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya.
Manfaat untuk keluarga yaitu memperbaiki fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing – masing anggota keluarga lebih baik.
D. Kasus-Kasus yang Diselesaikan dalam Terapi
Keluarga
Pada terapi keluarga kasus yang diselesaikanantara lain, kenakalan remaja, hubungan perkawinan, hubungan ketidakharmonisan antara anak dan orang tua, prestasi belajar pada anak, masalah antara saudara.
Pada terapi keluarga kasus yang diselesaikanantara lain, kenakalan remaja, hubungan perkawinan, hubungan ketidakharmonisan antara anak dan orang tua, prestasi belajar pada anak, masalah antara saudara.
E. Contoh Kasus yang Menggambarkan terapi Keluarga
Kasus Akhir-akhir ini banyak keluarga terganggu oleh berbagai masalah seperti masalah ekonomi, perselingkungan, kejenuhan, munurunnya kewibawaan orang tua karena mereka memperlihatkan prilaku yang kurang terpuji seperti mabuk-mabukan, berjudi sehingga membuat suami istri saling bermusuhan. Kebanyakan kasus-kasus seperti ini diajukan ke Pengadilan Agama yang menyelesaikan kasus-kasus keluarga hanya berdasar agama saja tanpa dianalisis dari sisi psikologis, yaitu seberapa jauh Konseling yang membuat Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia perkembangan emosi suami istri yang bermasalah itu dapat mengancam keutuhan sebuah keluarga, disisi lain bagaimana komunikasi yang diciptakan sehingga timbul persoalan-persoalan kesalahpahaman diantara masing-masing pihak. Dari sinilah diusahakan agar masing-masing suami-istri itu dapat mengungkapkan perasaan, kemarahan, kesedihan, kekesalan, keterhinaan dan keterancaman.Ungkap seluasluasnya sehingga dia kembali normal. Jika hal ini terjadi maka akan muncul pikiran sehatnya. Dia akan ingat anak-anak akibat perceraian yaitu yang akan menderita adalah anak-anak, jika terjadi permufakatan maka perceraian dapat dihindarkan. Dari sinilah maka konseling perkawinan sebagai salah satu upaya untuk memberikan bantuan sehingga dapat terwujud keluarga bahagia.
Kasus Akhir-akhir ini banyak keluarga terganggu oleh berbagai masalah seperti masalah ekonomi, perselingkungan, kejenuhan, munurunnya kewibawaan orang tua karena mereka memperlihatkan prilaku yang kurang terpuji seperti mabuk-mabukan, berjudi sehingga membuat suami istri saling bermusuhan. Kebanyakan kasus-kasus seperti ini diajukan ke Pengadilan Agama yang menyelesaikan kasus-kasus keluarga hanya berdasar agama saja tanpa dianalisis dari sisi psikologis, yaitu seberapa jauh Konseling yang membuat Perkawinan sebagai Salah Satu Upaya Membentuk Keluarga Bahagia perkembangan emosi suami istri yang bermasalah itu dapat mengancam keutuhan sebuah keluarga, disisi lain bagaimana komunikasi yang diciptakan sehingga timbul persoalan-persoalan kesalahpahaman diantara masing-masing pihak. Dari sinilah diusahakan agar masing-masing suami-istri itu dapat mengungkapkan perasaan, kemarahan, kesedihan, kekesalan, keterhinaan dan keterancaman.Ungkap seluasluasnya sehingga dia kembali normal. Jika hal ini terjadi maka akan muncul pikiran sehatnya. Dia akan ingat anak-anak akibat perceraian yaitu yang akan menderita adalah anak-anak, jika terjadi permufakatan maka perceraian dapat dihindarkan. Dari sinilah maka konseling perkawinan sebagai salah satu upaya untuk memberikan bantuan sehingga dapat terwujud keluarga bahagia.
Konsep
Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah
pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga.
Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada
terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks social. Contohnya, klien
yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu
lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan
keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku
maladaptive.
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun
1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang
pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California.
Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga,
yaitu :
1. The double bind
(ikatan ganda) adalah munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota
membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap
stabil.
2. family
homeostasis (kestabikan keluarga) adalah Bagaimana keluarga menjaga
kestabilannya ketika terancam.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga
maka sistem dalam keluarga musti dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota
keluarga bukan individual atau perorangan.
Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti
dari double bind. Ini terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang
berlawanan/bertentangan yang membuat sulit bertindak konsisten dan memuaskan.
Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan membela haknya namun diwaktu yang
sama dia diharuskan menghormati orangtuanya, tidak menentang kehendaknya, dan
tidak pernah menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan berbeda
dengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan, sehingga
si ‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika komunikasi
ini (double bind communication) terjadi berulang kali, akan mendorong perilaku
skizoprenik.
Kemudian timbul kontrovesi mengenai teori double bind ini,
khususnya dengan faktor gentik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya
skizofrenia. Hal ini kemudian melahirkan penelitian untuk pengembangan terapi
keluarga.
Teori keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah
fokus unit utama. Keluarga inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok
orang yang dihubungkan oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi keluarga
adalah sebagai tempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur mereka,
sistem keluarga memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka untuk
melakukan tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang dinegosiasikan
secara terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap dan rahasia.
Keluarga sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, danditegakkan dari waktu
ke waktu tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan
keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan
posisi sosial mereka.
Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu
anggota keluarga yang mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi
adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja
yang mempunyai masalah makan. Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk
mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk
mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang
muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena
keluarga bermasalah sering percaya pada pemahaman tentang arti penting
dari komunikasi.
Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan,
mengajarkan orang tua untuk menetapkan kedisiplinan pada anak-anak mereka,
mendorong tiap anggota keluarga untuk berkomunikasi secara jelas satu sama
lain, mendidik anggota keluarga dalam prinsip perubahan perilaku, tidak
menekankan kesalahan pada satu anggota akan tetapi membantu anggota keluarga
apakah hyarapan terhadap anggota yang lain masuk akal.
Pendekatan
berpengaruh yang lain disebut strategi atau terapi keluarga terstruktur.
Disini, terapis berusaha menemukan problem utama dari masalah klien dalam
konteks keluarga, bukan sebagai masalah individual. Tujuannya adalah untuk
mengurangi sikap menyalahkan yang mengarah pada satu orang. Contohnya, terapis
menyampaikan bahwa perilaku menentang dan agresif dari remaja mungkin adalah
tanda dari ketidakamanan remaja atau alasan untuk mendapatkan perhatian yang
lebih dari ayahnya. Pada banyak keluarga yang mengalami stress, pesan emosional
begitu tersembunyi sehingga anggota keluarga lebih sering berbicara tanpa
berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa mereka dapat “saling membaca pikiran
masing-masing”.
Saat ini, terapi keluarga terstruktur telah disesuaikan
untuk membawa faktor budaya yang mungkin berpengaruh pada terapi keluarga dari
kelompok etnis tertentu. Untuk membawa keluarga ke terapi, membuat mereka tetap
kembali, harus ada perjanjian keluarga yang disusun untuk menghindari hal-hal
berikut :
1. penolakan anak
untuk mengikuti terapi,
2. sikap ambivalen
ibu dalam memasukkan keluarganya ke dalam terapi,
3. penolakan
keberadaan seorang ayah dalam keluarga
4. anggota
keluarga tetap berusaha menjaga rahasia keluarga dari orang asing.
Terapi keluarga biasanya diberikan saat pasien sudah dewasa
sebagai hasil dari keluarga yang patologis. Terapi individual mungkin tidak
berguna karena kondisi keluarga yang tidak mendukung.
Kondisi keluarga itu bisa mengganggu kepribadian dan tingkah
laku pasien. Namun jika memungkinkan, tritmen bagi penderita skizofrenia atau
borderine yang masih awal dengan memanfaatkan seluruh anggota yang ada mungkin
bisa berguna. Terapi dimulai dengan fokus pada masalah yang dialami pasien
dalam keluarga dan kemudian anggota keluarga menyampaikan/memberikan kontribusi
masing-masing. Terapis bertugas untuk mendorong seluruh anggota keluarga untuk
mau terasa terlibat dalam masalah yang ada bersama-sama.
Terapis
keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1. Krisis keluarga
yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
2. ketidak
harmonisan seksual atau perkawinan
3. konflik
keluarga dalam hal norma atau keturunan
Tujuan
Terapi Keluarga
Tujuan pertama adalah menemukan bahwa masalah yang ada berhubungan
dengan keluarganya, kemudian dengan jalan apa dan bagaimana anggota keluarga
tersebut ikut berpartisipasi. Ini dibutuhkan untuk menemukan siapa yang
sebenarnya terlibat, karenanya perlu bergabung dalam sesi keluarga dalam terapi
ini, juga memungkinkan apabila diikutsertakan tetangga, nenek serta kakek, atau
keluarga dekat yang berpengaruh. Ada cara tercepat dalam terapi dimana terapis
keluarga membuat usaha untuk mempengaruhi seluruh anggota keluarga dengan
menunjukan cara dimana mereka berinteraksi dalam sesi keluarga itu. Kemudian,
setiap anggota keluarga diminta menyampaikan harapan untuk perkembangan diri
mereka sebaik mungkin, umumnya untuk menyampaikan komitmen pada terapis.
Tujuan jangka panjang bergantung pada bagian terapis
keluarga, apakah sebagian besar yang dilakukan untuk mengembangkan status
mengenali pasien, klarifikasi pola komunikasi dlm keluarga, dll. Dalam survey,
responden diminta menyebut tujuan primer dan sekunder mereka, untuk seluruh
keluarga, kedalam 8 kemungkinan tujuan. Tujuan yang disebut sebagai tujuan
primer ‘mengembangkan komunikasi’ untuk seluruh keluarga, ternyata lebih
dipilih ‘mengembangkan otonomi dan individuasi’. Sebagian memilih ‘pengembangan
symptom individu’ dan ‘mengembangkan kinerja individu’. Memfasilitasi fungsi
individu adalah tujuan utama dari terapi individual, tetapi para terapis
keluarga melihat sebagai bukan yang utama dalam proses perubahan keluarga yang
luas, khususnya sistem komunikasi dan sikap anggota keluarga yang menghormati
anggota lainnya.
Model
terapi dalam keluarga
1. Experiental /
Humanistic
Tujuan dari terapi ini adalah insight, kematangan
psikoseksual, penguatan fungsi ego, pengurangan gejala patologis, dan memuaskan
lebih banyak relasi obyek. Kerangka umumnya adalah kejadian saat ini yaitu data
terkini dan dari pengalaman yang diobservasi secara langsung. Aturan dari
proses ketidaksadaran adalah pilihan bebas dan kesadaran akan kemampuan diri
lebih penting dari pada motivasi yang tidak disadari. Fungsi utama dari terapis
adalah sebagai fasilitator aktif pada potensi-potensi untuk pertumbuhan dan
menyediakan keluarga pada pengalaman baru. Jenis-jenis terapi yang digunakan
dalam pendekatan experimental / humanistic adalah sebagai berikut:
a. Terapi pengalaman
(Experiental or symbolic family therapy). Menggunakan pendekatan non-teoritis
dalam terapi tetapi lebih menekankan pada proses, yaitu sesuatu yang terjadi
selama tahapan terapi keluarga dan bagaimana setiap orang mengalami
perasaan-perasaan dan perubahan pada perilakunya.
b. Gestalt family therapy.
Menekankan pada pengorganisasian diri secara menyeluruh. Fokus utamanya adalah
membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh
lingkungan ke keadaan mandiri (self support).
c. Humanistik. Terapis berperan
dalam memperkaya pengalaman keluarga dan memperbesar kemungkinan setiap anggota
keluarga untuk menyadari keunikan dan potensi mereka yang luar biasa.
d. Pendekatan proses /
komunikasi. Terapis dan keluarga bekerjasama untuk menstimulasi proses
healting-promoting. Pendekatan yang digunakan adalah mengklarifikasi adanya
ketidaksesuaian dalam proses komunikasi diantara anggota keluarga.
2. Bowenian
Tujuan terapi adalah memaksimalkan diferensiasi diri pada
masing-masing anggota keluarga. Kerangka umumnya dari Bowen adalah mengutamakan
masa kini dan tetap memperhatikan latar belakang keluarga. Aturan dari
ketidaksadaran adalah konsep terkini yang menyatakan konflik yang tidak
disadari meskipun saat ini tampak pada masa interaktif. Fungsi utama dari
terapis adalah langsung tapi tidak konfrontasi dan dilihat melalui penyatuan
keluarga. Bowen mencoba menjembatani antara pendekatan yang berorientasi pada
psikodinamika yang menekankan pada perkembangan diri, isu-isu antar generasi
dan peran-peran masa lalu dengan pendekatan yang membatasi perhatian pada unit
keluarga dan pengaruhnya dimasa kini.
Bowen
menggunakan 8 konsep dalam sistem hubungan emosional dalam keluarga yang
digunakan Bowen untuk menganalisis kasus adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan
individu
b. Triangulasi
c. Sistem
emosional keluarga
d. Proses proyeksi
keluarga
e. Pemutusan
emosional
f. Proses
penularan multigenerasi
g. Posisi saudara
kandung
h. Regenerasi
masyarakat
3. Psikodinamika
Tujuan dari terapi psikodinamika ini adalah pertumbuhan,
pemenuhan lebih banyak pada pola interaksi yang lebih. Psikodinamika memandang
keluarga sebagai sistem dari interaksi kepribadian, dimana setap individu
mempunyai sub-sistem yang penting dalam keluarga, sebagaimana keluarga sebagai
sebuah sub-sistem dalam sebuah komunitas. Terapis menjadi fasilitator yang
menolong keluarga untuk menentukan tujuannya sendiri dan bergerak kearah mereka
sebagaiman sebuah kelompok. Fungsi utama dari terapis bersikap netral artinya
membuat intepretasi terhadap pola perilaku individu dan keluarga.
4. Behavioral
Tujuan dari terapi behavioral adalah merubah konsekuensi
perilaku antara pribadi yang mengarah pada penghilangan perilaku maladaptif
atau problemnya kerangka umum dari pendekatan behavioral adalah masa kini yang
lebih memfokuskan pada lingkungan interpersonal yang terpelihara dan muncul
terus dalam pola perilaku terkini. Fungsi utama dari terapis adalah direktif,
mengarahkan, membimbing atau model dari perilaku yang diinginkan dan negoisasi
kontrak. Jenis terapi keluarga yang biasa digunakan dalam pendekatan behaviora:
a. Behavioral
marital therapy
b. Behavioral
parent therapy
5. Struktural
Tujuan dari model pendekatan struktural adalah perubahan
pada konteks hubungan dalam rangka rekonstruksi organisasi keluarga dan merubah
pola disfungsi transaksional. Kerangka umumm pendekatan struktural adalah masa
kini dan masa lalu yaitu struktur keluarga dipandang dari pola transaksional
permulaan, dengan kata lain struktur keluarga masa kini dipengaruhi oleh
pola-pola transaksional sebelumnya. Fungsi dari terapis adalah direktur
panggung, yaitu memanipulasi struktur keluarga dalam rangka mengubah setting
disfunsional. Pendekatan yang biasa digunakan adalah:
a. Menyusun ulang
kesatuan disfungsional
b. Teknik
intervensi struktural
6. Komunikasi
Tujuan pendekatan komunikasi adalah mengubah perilaku
disfungsional dan rangkaian perilaku yang tidak diinginkan antara anggota
keluarga serta memperbanyak sekuensi perilaku diantara anggota keluarga untuk
mengurangi timbulnya masalah-masalah dan simtom-simtom kerangka umum dari
pendekatan komunikas adalah masa kini yaitu problem terkini atau perilaku yang
sedang terjadi berulang secara konsisten antar individu. Fungsi dari terapis
adalah aktif, manipulatif, problem fokus, paradoksial dan memberikan petunjuk.
Pendekatan
Terapi Keluarga
1. Network therapy
Secara logika,
terapi keluarga adalah perluasan dari
simultan dengan semua yang tersedia dari
system kekeluargaan, teman, dan tetangga serta
siapa saja yang berkepentingan untuk
memupuk rasa kekeluargaan ( Speck and Attneave, 1971).
2. Multiple-impact
therapy
Multiple-impact therapy
biasanya dapat membantu remaja pada saat
mengalami krisis situasi. Tim kesehatan mental bekerja dengan
keluarga yang beramasalah selama dua hari. Setelah dibei pengarahan, anggota
tim akan dipasangkan dengan salah satua atau lebih anggota keluarga
dengan beberapa varisasi kombinasi. Mungkin ibu dan putrinya dapat ditangani
oleh satu orang terapist, sedangkan ayah ditangani secara individual sepert
halnya anak laki-lakinya. Bila dibutuhkan regroup diperbolehkan untuk
mengeksplorasi maslah keluarga yang rumit. Tujuan dari terapi adalah untuk reorganisasi
sistem keluarga sehingga dapat terhindar dari malfungsi. Diharapkan sistem
keluarga menjadi lebih terbuka dan adaptif, untuk itu terus dilakukan followup.
3. Multiple-
family and multiple- couple group therapy
Masa kegiatan
kelompok keluarga selanjutnya menimbulkan suatu
keadaan yang biasa untuk membantu masalah
emosional. Model ini, partisipan tidak dapat
memeriksa satu persatu dengan mentransaksi
keluarga kecil mereka tetapi mengalami
simultan mengenai masalah ekspresi oleh
keluarga dan pasangan suami istri. Dengan
demikian, terapi kelompok ini dapat
menunjang pemikiran pada pasangan suami istri.
DAFTAR
PUSTAKA
Becvar,
Dorothy S. Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic Intregation).
Adivision of Simon & Schester, Inc. Needham Height; Massachusetts.
Korchin,
Sheldon J. 1976.Modern Clinical Psychology. Basic Books, Inc. Publishers: New
York.
Nietzel,
Michael. 1998. Introduction To Clinical Psychology. Simon & Schuster
/ Aviacom Company. Upper Saddle River: New Jersey.
Almasitoh,
Ummu Hany. (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Magistra.
0 komentar:
Posting Komentar