NAMA : HENI SETIAWATI
NPM : 14513040
KELAS : 3PA05
TUGAS : SOFSKILL 2
Terapi kelompok
I.
Pengertian Terapi Kelompok
Menurut
Suharto (2007) Terapi Kelompok adalah salah salah satu metoda pekerjaan sosial
yang menggunakan kelompok sebagai media dalam proses pertolongan
profesionalnya. Terdapat definisi formal
dari beberapa tokoh mengenai Terapi Kelompok (dalam Suharto, 2007) sebagai berikut:
1.
Terapi Kelompok adalah metoda pekerjaan sosial dengan mana
pengalaman-pengalaman kelompok digunakan oleh pekerja sosial sebagai medium
praktik utama yang bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian sosial,
pertumbuhan atau perubahan anggota-anggota kelompok (Margaret E. Hartford).
2.
Terapi Kelompok adalah suatu metoda khusus yang memberikan
kesempatan-kesempatan kepada individu dan kelompok untuk tumbuh dalam setting-setitng fungsional pekerjaan
sosial, rekreasi dan pendidikan (Harleigh B. Trecker).
3.
Terapi Kelompok adalah suatu pelayanan kepada kelompok yang tujuan utamanya
untuk membantu anggota-anggota kelompok memperbaiki penyesuaian sosial mereka
dan tujuan keduanya untuk membantu kelompok mencapai tujuan-tujuan yang
disepakati oleh masyarakat (Nasional Association of Social Work/NASW).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Terapi Kelompok adalah
suatu metoda pekerjaan sosial dimana kelompok digunakan sebagai media untuk
membantu anggota-anggota dalam kelompok untuk memperbaiki penyesuaian sosial
mereka serta dapat mencapai tujuan-tujuan yang disepakati oleh masyarakat.
Penekanan dalam Terapi Kelompok (dalam Slamet, 2007)
ialah memahami gangguan dalam relasi interpersonal dan mengurang gangguan itu
dalam setting kelompok. Anggota
kelompok biasanya berkisar dari 5 sampai 10 anggota. Terapi kelompok dapat berlangsung selama
beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun dan
biasanya dilakukan seminggu sekali. Keunggulan dalam Terapi Kelompok ialah bahwa
anggota kelompok dianggap mewakili suatu lingkungan interpersonal dengan lebih
baik daripada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin perbaikan
hubungan interpersonal.
II.
Cara melakukan terapi kelompok
Menurut
Zastrow (dalam Suharto, 2007) tahap-tahap dalam melakukan Terapi Kelompok ada
lima, yaitu diantaranya tahap intake, tahap asessmen dan perencanaan
intervensi, tahap penyeleksian anggota, tahap pengembangan kelompok serta tahap
evaluasi dan terminasi.
1.
Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh
adanya pengakuan mengenai masalah spesifik yang mungkin tepat dipecahkan
melalui pendekatan kelompok. Tahap ini disebut juga sebagai tahap kontrak
antara pekerja sosial (terapis) dengan klien, karena pada tahap ini dirumuskannya
persetujuan dan komitmen antara mereka unutk melakukan kegiatan-kegiatan
perubahan tingkah laku melalui kelompok.
2.
Tahap Asessmen dan Perencanaan Intervensi
Pemimpin kelompok bersama
dengan anggota kelompok mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok
serta merancang rencana tindakan pemecahana masalah. Dalam kenyataannya, tahap
ini tidaklah definitive, karena
hakekatnya kelompok senantiasa berjalan secara dinamis sehingga memerlukan
penyesuaian tujuan-tujuan dan rencana intervensi.
3.
Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota harus
dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari
struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok. Dalam beberapa kasus
penyelesaian anggota kelompok didasarkan pada pertimbangan bahwa orang tersebut
akan mampu memberikan kontribusi terhadap kelompok (usia, jenis kelamin, status
sosial) perlu dipertimbangkan dalam tahap ini. Minat dan ketertarikan individu
terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki
perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan secara
teratur dan konsisten.
4.
Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma,
harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul pada tahap
ini, dan akan mempengaruhi serta dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas serta
relasi-relasi yang berkembang dalam kelompok. Pekerja sosial pada tahap ini
harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok mencapai
tujuan-tujuannya.
5.
Tahap Evaluasi dan Terminasi
Pada tahap evaluasi,
dilakukukan pengidentifikasian atau pengukuran terhadap proses dan hasil
kegiatan kelompok secara menyeluruh. Selanjutnya, setelah melakukan evaluasi
dan monitoring (monitoring adalah pemantauan proses dan keberhasilan kelompok yang
dilakukan pada setiap phase), dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok.
Terminasi dilakukan berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagai berikut: (a)
tujuan individu maupun kelompok telah tercapai, (b) waktu yang ditetapkan telah
berakhir, (c) kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, (d) keberlanjutan
kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.
Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian
beasar berasal dari jenis-jenis terapi individual (Tomb, 2004), diantaranya:
1. Kelompok Eksplorasi Interpersonal – tujuannya adalah mengembangkan
kesadaran diri tetang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif
dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung. Oleh karena itu,
dapat meningkatkan harga diri. Tipe ini yang paling umum dilakukan.
2. Kelompok Bimbingan
Inspirasi – kelompok yang sangat terstruktur, kohesif, mendukung, yang
meminimalkan pentingnya tilikan dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam
kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar (misal, alcoholis anonymus). Anggota kelompok
dipilih seringkali karena mereka “mempunyai problem yang sama”.
3. Terapi Berorientasi
Psikoanalitik – suatu teknik kelompo dengan struktur yang longgar, terapis
melakukan interpretasi tentang konflik nirsadar pasien dan memprosesnya dari
observasi interaksi antar anggota kelompok.
III. Manfaat Terapi Kelompok
Beberapa manfaat yang didapatkan dari Terapi
Kelompok yaitu diantaranya:
1.
Dapat membentuk perubahan perilaku terhadap
dari klien. Perubahan perilaku
yang diubah mengarah pada kebiasaan dari klien sehingga klien mendapatkan pemahaman kenapa perilaku yang
sudah menjadi kebiasaannya dianggap tidak diharapkan kelompok.
2.
Membentuk sosialisasi
3.
Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan
antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive dan adaptasi.
4.
Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif
dan afektif.
5.
Dapat meningkatkan identitas diri si klien.
6.
Klien dapat menyalurkan emosi secara konstruktif.
7.
Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
8.
Meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri,
kemampuan empati dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan
dan pemecahannya.
IV.
Kasus-kasus yang diselesaikan dalam Terapi Kelompok
Kasus-kasus yang biasa
diselesaikan dalam Terapi Kelompok yaitu diantaranya kecanduan alkohol,
obat-obat terlarang, rokok, kemalasan bekerja, konflik antar pegawai, dan lain
sebagainya. Beberapa kasus di atas biasanya dialami oleh para pegawai yang
bekerja di dunia industri. Contoh kasus lainnya seperti kecemasan, perilaku
kekerasan pada penderita skizofrenia, kenakalan remaja, dll. Terapi Kelompok sangat cocok/sesuai untuk
mengatasi masalah-masalah seperti kasus di atas.
V.
Rangkuman dari satu contoh kasus dalam Terapi Kelompok
Kesulitan utama dalam usaha berhenti merokok adalah
minimnya motivasi untuk berhenti. Kondisi itu bisa ditanggulangi apabila
seseorang yang ingin berhenti turut ambil bagian dalam terapi yang melibatkan
individu lain yang juga sedang berupaya menghentikan kebiasaan itu.
Adanya contoh konkrit bisa menjadi pendorong atau pembangkit motivasi seseorang
untuk berhenti merkok.
Dalam
suatu terapi kelompok di Klinik Stop Rokok, Rumah Sakit Sahid Sahirman,
Sudirman, Jakarta, diagendakan materi berbagi pengalaman dan cerita individu
yang tengah berusaha berhenti merokok. Disini dihadirkan seseorang sebagai
contoh konkrit yang berhasil berhenti merokok kemudian menceritakan
pengalamannya selama menjalani proses berhenti merokok. Pengalaman dan cerita
itu selanjutnya menjadi bahasan dari para peserta (klien) dalam terapi
kelompok. Beberapa pembahasan yang dibahas oleh para peserta misalnya, “Apakah
langkah yang dilakukan sudah tepat atau belum? Lalu, langkah selanjutnya apa?”
Biasanya, solusinya muncul sendiri dalam pemikiran individu yang bersangkutan.
Tugas psikolog disini adalah hanya mengarahkan dan memediasi. Sesekali psikolog
boleh memberikan solusi apabila ada semacam kompleksitas yang dialami individu.
Kompleksitas yang dimaksud adalah persoalan yang belum bisa ditemukan solusinya
oleh individu yang mengikuti terapi. Dalam terapi kelompok untuk kasus seperti
ini sangat membutuhkan komitmen yang kuat dari klien sendiri, sebab tidak mudah
bagi klien untuk mengikuti proses terapi kelompok dari awal sampai selesai
dimana terjadi perubahan perilaku yang diharapkan. Berhasilnya seseorang untuk
dapat berhenti merokok selain efektivitas kehadiran orang lain yang memotivasi,
juga harus diikuti dengan kesadaran diri dari si individu untuk merubah
kebiasaan perilaku merokok menjadi tidak merokok.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Sasongko, A & Pitakasari, A.R.
(2011). Cari motivasi untuk berhenti merokok? Coba temukan teman senasib. Republika. Diakses pada tanggal 9 Mei
2015, dari http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/07/13/lo9h8i-cari-motivasi-untuk-berhenti-merokok-coba-temukan-teman-senasib
Slamet,
I.S.S & Markam, S. (2007). Pengantar
psikologi klinis. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Suharto, E. (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia
Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility). Bandung: Refika Aditama.