Psikotherapy# : Logotherapy
Logoterapy mempunyai arti terapi melalui pemaknaan. Merupakan suatu terapi yang bersifat direktif dan terus menerus yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat secara spesifik pada situasi yang amat penting, dapat juga dilakukan oleh mereka sendiri secara mendalam atau secara tidak langsung dimana sasarannya yakni para pecandu obat bius, para pemabuk atau penderita depresi. Logoterapi juga menggunakan teknik tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan, obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan.
Jika dikaitkan dengan konseling maka Konseling logoterapi suatupendekatan yang digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning oriented). Relasi yang dibangun antara konselor dengan konseli adalah encounter, yaitu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh keakraban dan keterbukaan, serta sikap dan kesediaan untuk saling menghargai, memahami dan menerima sepenuhnya satu sama lain.
A.
Sejarah Logo Therapy
Logo therapy dikemukakan oleh Viktor
Emile Frankl. Frankl lahir pada tanggal 26 Maret 1905 di Wina Frankl menaruh
minat yang besar terhadap persoalan spiritual, khususnya berkenaan dengan makna
hidup.
B.
Pengertian Logo Therapy
Logo therapy berasal dari dua kata,
yaitu logo berasal dari bahasa
Yunani logos yang berarti makna
atau meaning dan juga rohani. Adapun kata terapi berasal dari bahasa Inggris theraphy yang artinya penggunaan
teknik-teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu
penyakit.
Jadi kata logo therapy artinya
penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu
penyakit melalui penemuan makna hidup. Logo therapy bertugas membantu pasien
menemukan makna hidup. Artinya, logo therapy membuat pasien sadar tentang
adanya logo tersembunyi dalam hidupnya.
Selain berarti makna (meaning), arti
logo therapy dalam bahasa Yunani juga berarti rohani (spirituality). Dengan
demikian, secara umum logo therapy dapat digambarkan sebagai corak psikologi
yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui
adanya dimensi kerohanian, disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan
(termasuk dimensi sosial). Namun Frankl menyatakan bahwa spirituality atau
kerohanian dalam logo therapy tidak mengandung konotasi agama, bahkan
menyatakan ajaran logo therapy bersifat sekuler.
Logo therapy mengajarkan bahwa
manusia harus dipandang sebagai kesatuan raga-jiwa-rohani yang tak terpisahkan.
Seorang psikoterapis tidak mungkin dapat memahami dan melakukan terapi secara
baik, bila mengabaikan dimensi rohani yang justru merupakan salah satu sumber
kekuatan dan kesehatan manusia. Selain itu logoterapi memusatkan perhatian pada
kualitas-kualitas insani, seperti hasrat untuk hidup bermakna, hati nurani,
kreativitas, rasa humor dan memanfaatkan kualitas-kualitas itu dalam terapi dan
pengembangan kesehatan mental. Logo therapy percaya bahwa perjuangan untuk
menemukan makna dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut.
Oleh sebab itu sebagai keinginan untuk mencari makna hidup, yang sangat berbeda
dengan pleasure principle (prinsip kesenangan atau lazim dikenal dengan
keinginan untuk mencari kesenangan) yang merupakan dasar dari aliran
psikoanalisis. Oleh karena itu, kenikmatan sekalipun tidak dapat memberi arti
kepada hidup manusia. Orang yang dalam hidupnya terus menerus mencari kenikmatan,
akan gagal mendapatkannya karena ia memusatkannya pada hal-hal tersebut. Orang
itu akan mengeluh bahwa hidupnya tidak mempunyai arti yang disebabkan oleh
aktivitas-aktivitasnya yang tidak mengandung nilai-nilai yang luhur. Jadi yang
penting bukanlah aktivitas yang dikerjakannya, melainkan bagaimana caranya ia
melakukan aktivitas itu, yaitu sejauh mana ia dapat menyatakan keunikan dirinya
dalam aktivitasnya itu.
Logo therapy mempunyai landasan
filosofis yaitu: kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup.
Dalam kebebasan berkeinginan, Frankl memandang bahwa manusia mempunyai
kebebasan berkeinginan dalam batas tertentu. Manusia tidaklah bebas dari
kondisi-kondisi fisik, lingkungan, dan psikologis, namun manusia mempunyai
kebebasan untuk mengambil sikap terhadap kondisi-kondisi seperti itu. Keinginan
akan makna merupakan motivasi utama manusia. Frankl memandang bahwa kesenangan,
bukanlah tujuan utama manusia. Ia memandang bahwa kesenangan hanyalah efek dari
pemenuhan dorongan dalam mencapai tujuan yaitu makna hidup. Makna hidup dapat
ditemukan dalam keadaan apapun, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan.
c.
Terapi Logo Therapy
·
Intensi Paradoksikal
Teknik
intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan
kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi
individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal
adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Contohnya, individu yang menghindari
eritrofobia selalu cemas kalau-kalau dirinya gemetaran dan mandi keringat
ketika berada di dalam ruangan yang penuh dengan orang. Kemudian, karena telah
ada antisipasi sebelumnya, individu benar-benar gemetaran dan mandi keringat
ketika dia memasuki ruangan yang penuh dengan orang. Individu pengidap
eritrofobia ini berada dalam lingkaran setan. Gejala gemetaran dan mandi
keringat menghasilkan kecemasan, kemudian kecemasan antisipatori ini
menimbulkan gejala-gejala gemetaran dan mandi keringat. Jadi gejala antisipatori
mengurung individu di dalam kecemasan terhadap kecemasan.
·
Derefleksi
Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
Pasien dengan teknik ini diderefleksikan dari gangguan yang dialaminya kepada tugas tertentu dalam hidupnya atau dengan perkataan lain dikonfrontasikan dengan makna. Apabila fokus dorongan beralih dari konflik kepada tujuan-tujuan yang terpusat pada diri sendiri, maka hidup seseorang secara keseluruhan menjadi lebih sehat, meskipun boleh jadi neurosisnya tidak hilang sama sekali.
Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
Pasien dengan teknik ini diderefleksikan dari gangguan yang dialaminya kepada tugas tertentu dalam hidupnya atau dengan perkataan lain dikonfrontasikan dengan makna. Apabila fokus dorongan beralih dari konflik kepada tujuan-tujuan yang terpusat pada diri sendiri, maka hidup seseorang secara keseluruhan menjadi lebih sehat, meskipun boleh jadi neurosisnya tidak hilang sama sekali.
·
Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang
khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada
penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak
dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode
ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan
sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik
penderitaan tersebut.
Sumber;
Christia, Mellia. (2011). Meraih Hidup Bermakna. Seminar. Universitas Indonesia: Depok.
Kimble, A Melvin, dan Ellor, W James. (2000). Logotherapy: An Overview. Journal of Religious Gerontology. Vol. 11.
Christia, Mellia. (2011). Meraih Hidup Bermakna. Seminar. Universitas Indonesia: Depok.
Kimble, A Melvin, dan Ellor, W James. (2000). Logotherapy: An Overview. Journal of Religious Gerontology. Vol. 11.